TREAT – Sutan Syahrir adalah salah satu pahlawan Indonesia yang berasal dari Sumatra Barat ia adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia, dan saat Indonesia sudah merdeka ia menjadi seorang politikus dan menjabat sebagai perdana mentri Indonesia yang pertama. Sutan Syahrir menjabat sebagai perdana mentri sejak tahun 1945 sampai tahun 1947, dan pada tahun 1948 ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia.
Sutan Syahrir lahir dari pasangan pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah, Ia dilahirkan di kota Padang Panjang, Sumatra barat pada tanggal 5 Maret 1909. Pendidikan Sutan Syahrir di habiskan di sekolah khusus belanda, dikarenakan ayah nya adalah seorang penasehat Sultan Deli dan juga menjabat sebagai kepala jaksa di Medan, akibatnya ia dihantarkan pada buku buku asing dan novel novel belanda.
Saat memasuki jenjang sekolah menengah atas, Sutan Syahrir melanjutkan sekolahnya dibandung. Ia bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) yang saat itu menjadi sekolah termahal di Hindia Belanda. Di sekolahnya Sutan Syahrir adalah seorang bintang di karenakan ia aktif dalam klub debat di sekolahnya. Selain masuk klub debat Sutan Syahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit. Karena sering mengikuti kegiatan sosial membuat Sutan Syahrir masuk dalam dunia politis.
Sutan Syahrir melanjutkan jenjang kuliahnya di Belanda, yaitu di fakultas hukum Universitas Amsterdam, disana ia dengan sungguh-sungguh berkutat dengan teori-teori sosialisme. Selama di belanda Sutan Syahrir mencari teman-teman radikal, berkelana kesana kemari, hingga ke kalangan anarkis yang mengharamkan segala hal berbau kapitalisme dengan bertahan hidup secara kolektif – saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakan. Pada tahun 1931, Sutan Syahrir meninggalkan kampusnya dan ia kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional.
Semasa pendudukan jepang Sutan Syahrir bersama dengan kader PNI (Partai Nasional Indonesia) yang baru menyiapkan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Sutan Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah menyerah, Sutan Syahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat. Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak merespon secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI, kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945. Sikap Soekarno dan Hatta tersebut mengecewakan para pemuda, sebab sikap itu berisiko kemerdekaan RI dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI adalah buatan Jepang. Guna mendesak lebih keras, para pemuda pun menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus. Akhirnya, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
Di akhir hidup Sutan Syahrir hubunganya dengan Presiden Soekarno memburuk sampai akhirnya PSI (Partai Sosialis Indonesia) dibubarkan tahun 1960. Tahun 1962 hingga 1965, Sutan Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai menderita stroke. Setelah itu Sutan Syahrir diizinkan untuk berobat ke Zürich Swiss, salah seorang kawan dekat yang pernah menjabat wakil ketua PSI Sugondo Djojopuspito mengantarkannya di Bandara Kemayoran dan Sutan Syahrir memeluk Sugondo dengan air mata. Sutan Syahrir akhirnya meninggal di Swiss pada tanggal 9 April 1966.