Berteman dengan Penderita Gangguan Kesehatan Mental

Foto: Internet

Kesehatan mental kini menjadi sesuatu yang santar dibicarakan di kalangan anak muda. Banyaknya tuntutan pada masa sekarang menjadikan seseorang rentan terkena stres yang berujung pada depresi. Pada awalnya isu kesehatan mental cukup jarang dibicarakan karena dianggan serupa dengan gangguan jiwa. Namun, nyatanya ini tidak benar. Kedua hal ini cukup berbeda, mulai dari gejala hingga cara penanganannya.

Isu kesehatan mental belakangan mulai terbuka dibicarakan karena banyak public figur yang berani bercerita tentang gangguan mental yang mereka alami. Seperti Ariel Tatum yang terbuka dengan gangguan mental yang ia derita yaitu Borderline Personality Disorder. Selain itu artis internasional juga dengan berani menceritakan jika ia memiliki gangguan mental. Sebut saja Demi Lovato yang menderita Bipolar Disorder.

Treatpeople pasti pernah bertanya, bagaimana rasanya memiliki seorang teman atau orang terdekat yang menderita mental illness? Bagaimana sih cara kita menghadapi mereka? Saya akan membagikan sedikit cerita tentang bagaimana rasanya memiliki orang terdekat yang menderita gangguan kecemasan atau Anxiety Aisorder.

Awalnya tidak mudah, bahkan sulit untuk dipercaya ketika dia datang membawa surat keterangan dari sebuah rumah sakit jiwa. Sekitar sepuluh tahun lalu lebih kurang, mental illness masih menjadi hal yang tabu, namun saya memaksakan diri untuk menerima keadaan tersebut. Keinginan saya yang besar untuk terus bersamanya adalah dorongan untuk saya mempelajari tentang gangguan mental.

Treatpeople, gangguan mental itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan keimanan seseorang lho. Jadi hal pertama yang kamu tidak boleh lakukan ketika seseorang mengatakan jika dia memiliki mental illness adalah menyinggung masalah keimanan seseorang. Kemudian jangan pernah katakan jika masalah yang ia hadapi bukan masalah yang berat atau mengatakan jika masalahnya sepele. Terkadang tanpa sadar kita sering kali berlomba-lomba untuk memiliki cerita yang lebih sedih dari lawan bicara kita. Bagi mereka yang menderita gangguan mental, mereka hanya ingin didengar tanpa dihakimi.

Jika orang terdekat Treatpeople tiba-tiba datang dengan berita jika mereka menderita mental illness, hal yang kamu tidak boleh tanyakan adalah “Kamu mikirin apa sampai bisa kayak gini?”. Tapi tanyakanlah “Kamu masih mau cerita kan sama aku? Aku siap denger cerita kamu kok.” Ini membuat mereka merasa lebih baik dan membuat mereka merasa tidak sendiri.

Lalu, apa sih yang seharusnya Treatpeople lakukan jika memiliki orang terdekat dengan mental illness? Pertama, pastikan jika kamu siap menjadi pendengar yang baik. Karena sekali lagi, mereka hanya ingin didengar tanpa ingin dihakimi. Kapasaitas setiap orang menanggapi masalah itu berbeda-beda lho Treatpeople. Namun jika kamu tidak siap untuk hal itu, setidaknya jangan abaikan mereka.

Kedua, cobalah untuk mengedukasi orang-orang di sekitar kamu yang masih menghakimi orang dengan gangguan mental dengan hal positif dan pastikan jika setidaknya mereka tidak berpikiran negatif terhadap mental illness. Biasanya pada awal kamu membicarakan ini, ada saja pihak yang ingin mematahkan pendapat kamu, tapi coba untuk terus lakukan maka pada akhirnya mereka akan menerima, setidaknya tidak menyakiti teman kamu yang mengalami gangguan mental.

Hal paling penting yang kamu harus lakukan adalah pastikan jika kamu tidak mengucilkan mereka. Pastikan jika kamu selalu menanyakan keadaan mereka. Jika mereka harus meminum obat atau terapi, cobalah untuk kamu dampingi mereka.

Jadi Treatpeople, jika kamu memiliki teman atau orang terdekat yang menderita mental illness pastikan jika kamu berlapang dada dan sabar untuk menghadapi mereka. Jangan jadikan gangguan mental sebagai alasan kamu harus jauh dengan teman kamu atau bahkan meninggalkan mereka dalam keadaan sulit. Gangguan mental bukan hal yang mudah untuk dihadapi seorang diri lho.

Rahma Hidayah

Rekomendasi