Sudah pernah mendengar lubang ozon? Lubang ozon merupakan salah satu dampak pemanasan global. Lubang ozon ini terbentuk akibat reaksi lapisan ozon dengan senyawa-senyawa, seperti klorofluorokarbon, karbon dioksida , dan emisi karbon lainya. Jika lubang ozon ini makin membesar akan berdampak buruk bagi bumi dan makhluk hidup didalamnya.
Namun berbeda dengan lubang ozon yang terletak di Kutub utara. Lubang ozon ini tidak terbentuk akibat ulah manusia, melainkan karena terjadinya polar vortex di Arktik yang sangat kuat. Lubang ozon yang terbentuk selama musim semi ini, merupakan yang terbesar di atmosfer ukuranya kira-kira mencapai sebesar pulau Greenland, belakangan dikabarkan mengecil.
Lubang ozon di Kutub utara ini telah dipantau oleh para ilmuan Copernicus’ Atmospheric Monitoring Service (CAMS). “Lubang ozon di Belahan Bumi Utara 2020 ( 2020 Northern Hemisphere ) yang belum pernah terjadi sebelumnya telah berakhir,” demikian cuitan CAMS dalam akun Twitternya.
Meskipun celah itu sekarang tertutup, para ilmuwan mengatakan ozon bisa terbuka lagi jika kondisi meteorologis memungkinkannya.
“Lubang ozon Arktika ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kebijakan karantina wilayah ( lockdown ) terkait virus corona, tetapi lebih disebabkan pusaran kutub yang kuat dan berlangsung lama,” kata CAMS
“Lubang ozon ini pada dasarnya adalah gejala dari persoalan penipisan ozon yang lebih besar. Kali ini lubang ozon di atas Kutub Utara tertutup karena siklus tahunan lokal, bukan penyembuhan jangka panjang. Tapi, ada harapan lapisan ozon juga dapat pulih, namun perlahan,” tambahnya.
Nah, jadi tindakan lockdown tidak membantu mengurangi besar lubang ozon di Kutub utara ya treatpeople. Namun tetap kurangi pemanasan global, karena Lubang ozon tidak hanya ada di Kutub utara saja.