Rayakan 95 Tahun Arby Samah: Eksplorasi Patung Abstrak Minang

Padang – Untuk pertama kalinya, Taman Budaya Sumatera Barat (Sumbar) menjadi tuan rumah pameran patung berskala internasional. Acara yang digelar dari 19 hingga 23 Juni ini bertujuan untuk menghormati 95 tahun kelahiran maestro Arby Samah, seorang pionir seni patung abstrak yang berasal dari Ranah Minang.

Pameran ini tidak hanya merayakan sejarah seni rupa, tetapi juga menegaskan posisi Sumatera Barat sebagai “produsen” pematung-pematung unggul di tingkat nasional. Dukungan penuh dari pemerintah provinsi sangat terasa, dengan Pelaksana Tugas Kepala Taman Budaya Sumatera Barat, Zulkifli, yang menyatakan penghargaan tinggi terhadap acara tersebut.

“Kami dari pemerintah provinsi sangat mengapresiasi, ini pertama kali kita adakan pameran patung bertaraf internasional. Kami mendukung dan memfasilitasi sesuai dengan kemampuan kami,” ujar Zulkifli.

Ia juga menambahkan bahwa penghargaan anumerta telah diberikan kepada Arby Samah pada tahun 2022 sebagai pengakuan atas kontribusinya. Acara ini dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus dari Kementerian Kebudayaan dan diharapkan dapat dibuka oleh Menteri.

Selama pameran, akan digelar juga sejumlah pagelaran seni lain seperti teater, musik, dan tari, sebagai bagian dari komitmen bersama untuk memajukan kebudayaan di daerah. Inisiatif acara ini diusung oleh keluarga Arby Samah, di mana anaknya, Anita Karina, juga bertindak sebagai ketua panitia.

“Kami ingin menginformasikan kembali kepada masyarakat luas, terutama generasi muda, bahwa kita punya tokoh pelopor patung abstrak, yaitu kakek kami, Arby Samah,” ungkap Anita.

Ia menjelaskan bahwa banyak yang belum mengetahui bahwa pematung-pematung ternama di Jogja memiliki latar belakang dari Sumatera Barat.

Keluarga kemudian menggandeng Ali Umar, seorang kurator seni rupa terkemuka, untuk merealisasikan pameran ini. Dari jaringan yang dimiliki, pameran ini berhasil menarik partisipasi puluhan seniman, baik lokal maupun internasional.

Ali Umar menjelaskan, “Akan ada karya dari 12 pematung Sumatera Barat, 7 pematung dari Jogja, dan 6 pematung internasional.”

Seniman dari mancanegara yang turut serta berasal dari Filipina, Malaysia, Nepal, Jepang, dan Belgia. Salah satu pematung dari Italia terpaksa batal hadir karena bentrok jadwal.

“Selain menjadi ajang ‘reuni’ bagi para perupa, acara ini adalah momentum untuk memperkenalkan tokoh kita, Arby Samah, ke panggung dunia,” tambah Ali Umar.

Salah satu peserta internasional, Christina dari Filipina, sudah siap meramaikan perayaan seni ini.

Pameran ini lebih dari sekadar pameran biasa, karena sangat memfokuskan perhatian pada regenerasi seniman. Anita Karina mengekspresikan keprihatinannya terhadap semakin berkurangnya minat generasi muda terhadap seni patung.

Oleh karena itu, lokakarya (workshop) pun akan dilaksanakan.

“Pematung dari Jepang akan mengadakan workshop selama dua hari, pada tanggal 20 dan 21 Juni, yang dikhususkan bagi anak-anak tingkat SD dan SMP,” terangnya. Ia berharap inisiatif ini dapat mengembalikan semangat dan bakat seni rupa di kalangan anak-anak dan remaja di Sumatera Barat.

Pemilihan Taman Budaya Sumbar sebagai lokasi juga diberi makna historis.

“Kami memilih lokasi ini karena Bapak (Arby Samah) adalah salah satu pencetus berdirinya Taman Budaya dan dulu sangat aktif berkesenian di sini,” tutup Anita.

Meskipun mengalami beberapa kendala, seperti masalah bea cukai dalam mendatangkan pematung luar negeri, semangat panitia dan para seniman tetap tidak surut. Pameran ini menjadi bukti nyata dari kolaborasi, dedikasi, dan upaya untuk mempertahankan semangat seni rupa di Sumatera Barat agar terus bersinar.

Rekomendasi