

JAKARTA – PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) mencatatkan kinerja yang beragam sepanjang Januari hingga September 2025. Meskipun pendapatan emiten rumah sakit ini meningkat, laba bersihnya justru anjlok. Rencana ekspansi dengan pembangunan rumah sakit baru diharapkan menjadi katalis pendorong kinerja ke depan.
Pada kuartal III-2025, HEAL membukukan pendapatan sebesar Rp 5,28 triliun, tumbuh 5,20% secara year on year (yoy). Namun, laba bersih HEAL anjlok 23,95% yoy menjadi Rp 356,01 miliar.
Salah satu analis mencatat, pendapatan HEAL di kuartal III-2025 yang mencapai Rp 5,28 triliun setara dengan 74% dari konsensus proyeksi sepanjang tahun 2025. Kuartal ketiga menunjukkan pemulihan dengan pendapatan Rp 1,9 triliun, naik 13% yoy, didukung volume pasien yang pulih dan kondisi musiman yang lebih baik. Namun, defisit pada semester I-2025 menyebabkan pendapatan tahun 2025 sedikit di bawah target awal.
Penurunan laba bersih dipicu oleh komposisi kasus di kuartal I-2025 yang lebih lemah dan pemberlakuan aturan rujukan BPJS yang lebih ketat. Kebijakan ini secara tidak proporsional menekan penerimaan dari rawat inap dan gawat darurat, sehingga meredam leverage operasional meskipun ada pemulihan di kuartal III.
Margin EBITDA di kuartal III-2025 memang membaik menjadi 27%, tetapi angka ini masih di bawah target manajemen yang sebesar 28%–29%.
Para analis memproyeksikan adanya peningkatan bertahap dalam lalu lintas pasien serta sinergi strategis dari para pemegang saham. Hal ini diharapkan menjadi platform yang lebih kuat untuk pemulihan kinerja di kuartal-kuartal berikutnya.
Penetrasi nasional HEAL yang kuat, keunggulan skala, dan peningkatan layanan disebut mendukung pertumbuhan jangka panjang. Prospek jangka panjang HEAL dinilai tetap positif sebagai penyedia layanan kesehatan terkemuka di Indonesia. Potensi keuntungan juga bisa diraih dari sinergi dengan ASII dan Djarum, serta peningkatan kapasitas dari fasilitas baru.
HEAL berupaya memperkuat kepemimpinan pasar pada 2025 melalui ekspansi rumah sakit, disiplin operasional, dan peningkatan kualitas layanan. Perseroan berencana membuka dua rumah sakit baru di Bali dan Jawa Tengah pada kuartal IV-2025.
Penambahan dua rumah sakit ini menjadi bagian dari target jangka panjang HEAL untuk memiliki 65 hingga 70 rumah sakit dengan 12.000 hingga 15.000 tempat tidur pada tahun 2030. Kebijakan yang menguntungkan, seperti peningkatan belanja layanan kesehatan, implementasi KRIS, dan pengurangan biaya bersama, juga diperkirakan akan mendorong pertumbuhan jumlah pasien.
Meskipun menghadapi tekanan margin, HEAL tetap agresif dalam ekspansinya. Per Juni 2025, perseroan mengoperasikan 51 rumah sakit dengan total 8.287 tempat tidur. Pembukaan Rumah Sakit Hermina Nusantara di Kalimantan Timur juga menandai fasilitas bersertifikasi internasional pertama HEAL, menunjukkan komitmen terhadap standar global.
HEAL menargetkan pembukaan dua rumah sakit lagi pada 2025 dan tiga rumah sakit pada 2026, dengan ambisi mencapai 70 rumah sakit pada 2030.
Analis lain mengamati, gross profit margin (GPM) kuartal III-2025 turun menjadi 34,0% akibat proporsi penjualan obat-obatan yang lebih tinggi, mencapai 23,6%. Di sisi lain, rasio operational expenditure (opex) atau biaya operasional terhadap penjualan membaik menjadi 19,7%, seiring penurunan rasio gaji terhadap penjualan sebesar 10,6%.
Dengan demikian, margin EBIT menurun menjadi 14,3% karena perbaikan opex tidak sepenuhnya dapat mengimbangi GPM yang lemah. Secara keseluruhan, laba bersih HEAL di kuartal III-2025 hanya meningkat menjadi Rp 131 miliar, naik 4,9% yoy, dengan net profit margin (NPM) sebesar 6,9%.
HEAL terus berinvestasi pada teknologi dan kualitas layanan untuk menyeimbangkan komitmen terhadap JKN dengan target pertumbuhan jangka panjang. Emiten ini memang menghadapi tantangan seperti pelemahan belanja konsumen, persaingan yang meningkat, penundaan kebijakan, dan kekurangan dokter spesialis. Namun, fundamental perusahaan yang kuat dan strategi yang disiplin diharapkan menjaga stabilitas HEAL.
Di sisi lain, beberapa risiko perlu diperhatikan dalam melihat kinerja HEAL. Risiko tersebut meliputi regulasi pemerintah yang kurang menguntungkan, permintaan lalu lintas pasien yang lebih rendah dari perkiraan, serta persaingan yang meningkat di segmen kelas menengah dan pasar massal.
Proyeksi pendapatan HEAL untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp 7,18 triliun dengan laba bersih Rp 518 miliar. Sementara itu, pada tahun 2024, HEAL mencatat pendapatan Rp 6,71 triliun dan laba bersih Rp 536 miliar.
Mayoritas analis merekomendasikan beli (buy) saham HEAL dengan target harga bervariasi antara Rp 1.600 hingga Rp 1.750 per saham. Meskipun demikian, harga saham HEAL diperkirakan akan menghadapi tekanan jangka pendek karena kemungkinan tidak mencapai target perusahaan pada tahun 2025. Pemulihan diharapkan terjadi pada 2026 seiring dengan kejelasan tarif BPJS dan penyesuaian KRIS.