TREAT – Bulan Ramadhan adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim di dunia. Karena hanya datang di satu bulan saja selama setahun, Ramadhan disambut dengan berbagai tradisi dan cara unik.
Pernahkah kamu merasakan suasana Ramadhan di Negara lain? Bila belum, mari kita bahas beberapa hal tersebut yang akan membawa kamu ke dalam suasana Ramadhan diberbagai Negara dengan tradisinya masing-masing dalam menyambut dan melaksanakan ibadah puasa.
Umat Muslim di Kairo, Mesir, memiliki tradisi unik untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya mereka akan memasang lampu tradisional di setiap rumah yang disebut dengan lampu Fanus. Lentera memiliki makna budaya yang penting bagi umat Islam di Mesir.
Tradisi ini telah muncul sejak pemerintahan Khilafah Fatimiyah di abad ke-10. Ketika itu, pemasangan lampu Fanus adalah untuk menyambut kedatangan pasukan Raja yang datang berkunjung menjelang datangnya bulan Ramadhan. Tradisi tersebut masih dilaksanakan sampai saat ini untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Panganan khas Ramadhan di Mesir adalah kunafa, sejenis makanan pencuci mulut khas Mesir, yang rasanya manis dan lezat. Selain itu hal unik yang akan ditemui pada bulan Ramadhan di Mesir adalah umat muslim Mesir yang berlomba-lomba mendirikan tempat berbuka puasa gratis bagi orang yang ingin berbuka.
Ada salah satu makanan yang sangat khas pada bulan Ramadhan di Malaysia yaitu bubur Lambuk. Bubur Lambuk adalah bubur beras yang berisi daging sapi cincang dan udang kering dengan rempah-rempah dasar yang terdiri atas bunga cengkeh, bunga lawang, jintan putih, kulit kayu manis, dan lain-lain.
Biasanya masyarakat memasak bubur ini secara gotong-royong di beberapa masjid di Malaysia. Lalu mereka membagikan bubur ini kepada orang umum dan menjadikannya sebagai bekal berbuka puasa bagi para jemaah masjid itu.
Di sejumlah negara di Arab ada seorang yang disebut sebagai Mesaharaty atau “penyeru malam.”
Mesaharaty akan berkeliling di jalan-jalan desa sambil memukul drum dengan dan berseru untuk menandai waktu bangun sahur. Di beberapa negara seperti Arab Saudi, Yaman, dan Mesir, khususnya di desa-desa, kebiasaan ini masih menjadi hal yang sudah biasa dijalani. Kegiatan tersebut ternyata juga kita temui di sebagian wilayah di Indonesia.
Bila ingin menikmati suasana Ramadhan di Singapura, kamu bisa mengunjungi pusat kegiatan Ramadhan di area Masjid Sultan. Sejak tahun 1960-an, Masjid Sultan rutin mengadakan Bazaar Ramadhan. Kegiatan tersebut tidak hanya dihadiri oleh penduduk singapura, tapi juga pengunjung dari berbagai Negara dan akan semakin menambah ramainya suasana bazar.
Terdapat berbagai macam hidangan dari berbagai Negara, salah satunya yang punya banyak peminat adalah menu makanan dari Timur Tengah dan India sebagai pengisi perut ketika waktu berbuka tiba. Datanglah pada pukul 15.00 sore agar tidak kehabisan, karena bazaar berakhir pada pukul 20.00.
Tradisi Ramadhan di Irak, yang paling terkenal adalah permainan Mheibes. Setelah berbuka puasa saat matahari terbenam setiap hari, para pria di Irak berkumpul di sekitar lingkungan untuk bermain permainan ini. Ada dua kelompok. Setiap grup terdiri dari sekitar 40 hingga 250 pemain sekaligus. Tim bergantian menyembunyikan cincin.
Permainan dimulai dengan pemimpin satu kelompok diam-diam memberikan cincin kepada salah satu anggota timnya. Anggota tim lainnya duduk di tanah dengan kepalan tangan mereka diletakkan di pangkuan mereka. Tim lain harus menebak anggota mana yang memiliki cincin itu. Permainan ini sederhana namun menarik dan telah diturunkan dari generasi ke generasi di Irak.
Walaupun bukan Negara dengan mayoritas beragama Islam, perayaan bulan Ramadhanndi Jepang tidak kalah meriah. Umat muslim yang menjalani bulan Ramadhan akan berkumpul dan saling berbagi. Mereka mejadikan Japan Islamic Center sebagai pusat berkumpul karena ukurannya yang luas dan kapasitasnya besar, sehingga mampu menampung banyak orang.
Para umat muslim akan langsung membentuk kepanitiaan khusus yang bertugas merencanakan kegiatan Ramadhan , seperti majelis taklim, dialog keagamaan, shalat tarawih berjamaah, hingga proyek menerbitkan buku.
Di Bangladesh masyarakat memanfaatkan Ramadan untuk saling mengunjungi sanak saudara dan makan bersama. Makanan khas buka puasa di negara ini adalah jilapi (sejenis manisan). Seperti di Indonesia, sering juga masyarakat menyelenggarakan bazar menjelang buka puasa untuk menjual beragam jenis makanan.
Umat muslim di India seringkali menyebut Ramadhan dengan Ramazan. Para pria muslim akan menyambut Ramadhan dengan berhias, terutama menghiasi mata menggunakan celak mata (kohl).
Kuliner untuk menyambut Ramadhan di India pun sangat bervariasi. Terutama penjualan bihun (sejenis mie) di India akan meningkat drastis pada saat Ramadhan tiba. Masyarakat muslim akan menyuguhkan hidangan bihun sebagai salah satu menu andalan bersama dengan buah-buahan yang rasanya manis. Selain itu juga ada ganghui (sup India yang terbuat dari tepung terigu, beras, serta diberi potongan daging) pada saat berbuka.
Selain itu, pada Bulan Ramadhan di Delhi, India, masyarakat melaksanakan buka puasa bersama dengan menggelarnya di teras masjid dan camilan dari pedagang kaki lima.
Di halaman-halaman Masjid Jama, jantung dari Old Delhi, ratusan umat muslim berkumpul setiap malam untuk berbuka puasa, kecuali jika Ramadhan jatuh pada musim dingin. Mereka meletakkan selembar kain besar di atas batu ubin besar yang digunakan sebagai tempat duduk dan memakan hidangan berbuka puasa yang mereka siapkan dari rumah.
Sebelum menjalani puasa, para lansia dan anak-anak di Jerman biasa memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu untuk memastikan bahwa mereka mampu menjalani puasa. Umat Islam yang tinggal di Jerman mayoritas berasal dari Turki.
Tradisi unik pada bulan Ramadahan di Jerman berupa minum suus (minuman dengan bahan baku gula hitam). Ada pula minuman dschellab (minuman dari gula dan sirup kurma) serta qamruddin (jus apricot). Untuk makanan berbuka puasa, mereka biasanya menikmati qata’ef semacam kue kering yang direndam sirup gula serta kalladsch atau adonan pilo berisi kacang-kacangan.
Pada tanggal 13, 14 dan 15 setelah berbuka puasa dan shalat Maghrib dibulan Ramadhan, berlangsung sebuah festival khusus anak yang bernama Garangaou. Mereka akan berpawai dan bernyanyi di sepanjang jalan sekaligus berkunjung ke rumah-rumah penduduk untuk meminta permen dan kue.
Di festival ini anak laki-laki akan tampil dengan baju arab hitam berompi merah bersulam emas. Sementara itu, anak-anak perempuan akan berbalut pakaian tradisional disdaashas berwarna cerah lengkap dengan ikat kepala bukhnig atau hijab hitam transparan berhias benang emas.