

Jakarta – Gentle parenting merupakan pola asuh yang menekankan kelembutan, bertujuan untuk membesarkan anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan bahagia. Pendekatan ini dilakukan melalui empati, rasa hormat, pengertian, serta penetapan batasan yang sehat bagi anak.
Penerapan gentle parenting membawa beragam manfaat, salah satunya adalah mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Pola pengasuhan ini sangat mengutamakan ikatan atau bonding antara keduanya.
Selain itu, anak-anak yang diasuh dengan metode gentle parenting juga cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih berempati terhadap lingkungannya.
Untuk mencapai keberhasilan dalam menerapkan gentle parenting, disadur dari Cleveland Clinic, Kamis (13/3/2025), ada beberapa tips penting yang bisa diterapkan orang tua:
1. Tetap Tenang dan Positif
Sebuah penelitian berjudul “Catching Kids Being Good: A Practical Guide to Positive Behavioral Interventions and Supports” menunjukkan bahwa orang tua perlu memuji anak empat kali lebih banyak daripada memberikan umpan balik negatif. Hal ini penting untuk mendorong perubahan perilaku positif pada anak.
“Meskipun dalam situasi yang mungkin memicu perdebatan, cobalah untuk tetap tenang. Dengan begitu, anak akan menyadari bahwa bersikap tenang lebih baik daripada berteriak atau menjerit,” kata dokter anak Karen Estrella, MD.
2. Rencanakan Reaksi untuk Perilaku Negatif
Penting bagi orang tua untuk mengetahui cara bereaksi terhadap suatu situasi sebelum hal itu terjadi. Ini sangat membantu agar tidak bersikap reaktif pada saat kejadian.
Sebagai contoh, ketika mengajak anak berbelanja kebutuhan sehari-hari. Pikirkan respons dan tindakan apa yang akan dilakukan jika anak marah karena tidak dibelikan mainan atau camilan yang mereka inginkan.
Memiliki rencana yang telah disiapkan akan membantu orang tua untuk mundur sejenak dan menanggapi situasi dengan tenang serta efisien.
3. Bekerja Sama sebagai Satu Tim
Ketika perilaku negatif terjadi, ajukan pertanyaan reflektif kepada anak seperti “Mengapa kamu meresponsnya seperti ini?” dan “Apakah kamu tahu apa yang aku rasakan?”. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu anak memahami perasaan orang tua.
Dari sana, orang tua dan anak dapat membicarakan tentang jawaban atas pertanyaan itu dan konsekuensinya. Mereka juga bisa mendiskusikan apa yang menjadi pemicu bagi anak maupun orang tua. Semua proses ini berperan penting dalam memperkuat hubungan.
Sebuah studi bertajuk “Parent-Child Attachment Security and Depressive Symptoms in Early Adolescence: The Mediating Roles of Gratitude and Forgiveness” menunjukkan bahwa saling pengertian dan pendekatan tim dalam mengasuh anak dapat meningkatkan rasa keterikatan anak kepada orang tuanya. Keterikatan yang lebih besar ini kemudian berkorelasi dengan lebih sedikit gejala depresi, serta tingkat rasa syukur dan pengampunan yang lebih tinggi di kemudian hari.