
TREAT- Band legendaris Cokelat, yang dikenal dengan lagu-lagu bertema cinta tanah air dan semangat kebangsaan, baru saja membagikan pengalaman unik mereka saat menampilkan lagu ikonik “Bendera” di Beijing.
Cerita ini dimulai ketika Cokelat diundang oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing untuk tampil di sebuah acara khusus. Namun, perjalanan mereka ke atas panggung tidaklah mulus, terutama karena adanya persyaratan yang tidak biasa dari pihak penyelenggara.
Kikan, vokalis utama Cokelat, menceritakan bahwa untuk pertama kalinya dalam kariernya bersama band tersebut, mereka diminta untuk menyerahkan semua lirik lagu yang akan dibawakan, yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin. Persyaratan ini diterapkan dengan ketat oleh pemerintah setempat.
“Mereka sangat ketat dalam hal ini. Lagu-lagu lain tidak jadi masalah, tetapi begitu menyangkut lagu ‘Bendera’, pemerintah setempat mulai curiga ada unsur propaganda,” ungkap Kikan.
Meskipun sempat mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan ini, Kikan dan timnya akhirnya mendapat izin untuk membawakan lagu tersebut. “Itu sempat membuat repot, tetapi alhamdulillah akhirnya diloloskan,” tambahnya.
Namun, tantangan membawakan lagu “Bendera” di Beijing tidak berhenti di situ. Kikan menceritakan bagaimana pada hari H saat mereka akan tampil, situasi di sekitar lokasi acara sangat ketat dengan pengamanan ekstra. Banyak polisi Beijing yang berjaga di sekitar tempat acara berlangsung. “Polisi Beijingnya sangat banyak, ternyata mereka sedang memastikan bahwa kami tidak sedang melakukan orasi,” jelas Kikan.
Pengalaman ini membuat seluruh anggota band sedikit terkejut, mengingat tujuan mereka hanya untuk menyebarkan semangat melalui musik. Di tengah tantangan tersebut, Kikan dan anggota Cokelat lainnya merasa bahwa segala jerih payah mereka terbayarkan ketika bertemu dengan para orang tua asal Indonesia yang tinggal di Beijing. Para orang tua ini adalah mereka yang pindah ke Beijing saat tragedi 1965 di Indonesia.
“Mereka bercerita ingin kembali ke Indonesia tetapi tidak berani, dan itu sangat menyentuh hati saya,” ungkap Kikan dengan penuh emosi.
Momen ini sangat bermakna bagi Kikan dan kawan-kawan, karena mereka merasa dapat sedikit mengobati kerinduan para orang tua tersebut terhadap tanah air. Pertemuan dengan para diaspora ini tidak hanya menjadi momen yang mengharukan, tetapi juga memberikan arti mendalam bagi Cokelat saat membawakan lagu “Bendera” di negeri asing.
Lagu yang awalnya dianggap bisa memicu unsur propaganda oleh pemerintah setempat, justru menjadi jembatan emosional antara musisi dan para diaspora Indonesia yang telah lama merindukan tanah air.
Kikan juga merasa bahwa kehadiran para orang tua dalam acara tersebut, meskipun jauh dari tanah air, mampu mengobati segala kesulitan yang mereka alami selama persiapan membawakan lagu “Bendera” di Beijing. “Mereka hadir dengan penuh semangat, dan itu sangat menguatkan kami. Pengalaman ini benar-benar tidak terlupakan,” ujar Kikan.
Pengalaman membawakan “Bendera” di Beijing menjadi salah satu kisah yang unik dan penuh arti dalam perjalanan karier Cokelat. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, mereka berhasil menampilkan pertunjukan yang berkesan dan mampu menghibur para diaspora Indonesia yang merindukan kampung halaman.
Kisah ini juga menegaskan bahwa musik dapat menjadi jembatan penghubung antara hati-hati yang terpisah oleh jarak dan waktu.