
TREAT – Pernah dengar pernyataan kalau ‘Vape’ lebih baik dari ‘Rokok’? Beberapa orang yang merupakan perokok aktif banyak mengambil langkah untuk beralih ke Vape dengan alasan sebagai alternatif untuk mengurangi rokok.
Pertanyaannya adalah apakah benar, penggunaan Vape lebih baik dari Rokok? Nah Treatpeople, yuk simak kebenarannya.
Berdasarkan Balmford & Borland tahun 2008, 90% perokok mengaku menyesal pernah merokok dan sebanyak 80% diantaranya pernah mencoba untuk berhenti merokok minimal satu kali, tetapi sayangnya tidak banyak dari mereka yang berhasil menghentikan kebiasaan tersebut.
Hal itu karena adanya adiksi fisik yang dihasilkan oleh nikotin dalam bentuk kebutuhan akan asupan nikotin itu sendiri. Selain itu, ada pula adiksi psikologis yang merupakan efek lanjutan dari adiksi fisik. Contohnya adalah ketika seorang perokok merasa ada yang kurang dari dirinya dan merasa seakan ada yang hilang jika minum kopi tanpa rokok atau setelah makan tanpa merokok.
Adiksi fisik yang dibarengi dengan adiksi psikologis ini yang paling sering menggagalkan upaya banyak orang untuk berhenti merokok apabila tidak ada bantuan dari Nicotine Patch, gum, atau hipnotis. Dan kegagalan tersebut sudah pasti sangat disayangkan.
Vape merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan sebuah pengalaman mirip merokok, tetapi tidak menghasilkan asap, melainkan aerosol. Vape dihirup dan diembuskan layaknya rokok, tetapi tanpa adanya tar dan bahan kimia lain yang biasanya terdapat pada rokok.
Kemudian kembali pada pertanyaan “Apakah vape merupakan alternatif yang tepat bagi para perokok yang ingin terlepas dari belenggu kecanduan terhadap nikotin?”
Sebelumnya kita perlu pahami dulu bahwa merokok melibatkan pembakaran tembakau dan beberapa bahan kimia lain yang membuat penggunanya kecanduan. Kecanduan tersebut merupakan efek yang ditimbulkan dari kandungan nikotin di dalam rokok.
Treatpeople, asupan nikotin yang dicari oleh para perokok tersebut bisa digantikan dengan Vaping yang menggunakan cairan atau liquid yang mengandung nikotin agar mendapat tingkat kepuasan yang sama dengan ketika menghirup dan mengembus rokok.
Salah satu perbedaan vape dan rokok adalah tidak adanya keterlibatan tembakau pada vape karena Vaping melibatkan proses perubahan cairan tertentu menjadi suatu aerosol tanpa harus menghirup tembakau dan ribuan bahan kimia lain yang biasa ditemukan pada rokok.
Meskipun tidak sepenuhnya, Vape dapat mengurangi risiko kerusakan terhadap paru-paru dan jantung. Liquid atau cairan yang digunakan pun pada umumnya hanyamengandung Propylene Glycol dan Vegetable Glycerine yang merupakan bahan kimia yang sering kita jumpai pada makanan dan obat-obatan, juga sudah disetujui penggunaannya oleh Food and Drug Administration.
Di samping fakta bahwa Vaping memiliki risiko Bronchiolitis atau Popcorn Lung dan beberapa penyakit lainnya, berbagai forum di seluruh dunia menyatakan bahwa banyak orang yang berhasil berhenti dari rokok sepenuhnya dengan menggunakan metode transisi ke vape dan mereka bahkan mengatakan bahwa mereka merasa lebih sehat dibanding saat mereka masih merokok.
Treatpeople, untuk sekarang vape memang dianggap sebagai alat yang berpotensi untuk menurunkan risiko kesehatan akibat merokok karena risiko yang ditimbulkannya lebih rendah. Mungkin salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah stigma masyarakat ang cenderung tidak bersedia untuk berpikiran terbuka dan menganggap bahwa Vape sapa dengan rokok karena sama-sama menghirup dan mengembuskan asap, tetapi tidak bersedia menerima penjelasan bahwa yang mereka kira asap adalah aerosol yang tidak mengandung tembakau ataupun tar.
Kesimpulannya adalah terlepas dari risiko penyakit yang dapat ditimbulkan dari Vape. Vape terbukti mampu membantu seorang perokok untuk benar-benar berhenti merokok dengan tahapan transisi menggunakan Vape ini, tentunya harus digaris bawahi dengan tujuan agar dapat berhenti merokok sepenuhnya.