Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu, bahagiaku pasti
Berbagi, takdir kita selalu
Kecuali, diam kau jatuh hati
Aku tersenyum setiap kali menatap layar datar ponselku yang menunjukkan notifikasi pesan darimu. Ah, rasanya selalu menyenangkan ketika aku melihat namamu tertera di layar atas ponsel pintarku.
Ketika kau bercerita bahwa kau terkadang merasa lelah dengan semua tugas-tugasmu, rasanya aku seperti ikut merasakan kepenatan yang melanda tubuhmu. Tak bisa dipungkiri juga, saat kau bercerita tentang apa yang membuatmu bahagia seharian ini, aku juga seperti ikut merasakan atmosfer kebahagiaan itu.
Saat kita saling berbagi cerita, tentang suka dan duka yang menghujam diri masing-masing selama seharian penuh, aku selalu merasa bahwa kau adalah seseorang yang memang sengaja dikirim semesta untuk berbagi kisah takdir denganku. Ah, aku selalu merasa semesta selalu baik padaku karena telah mengirimkan sosok sepertimu.
Kau tahu? Aku memang tidak pernah mengatakan hal ini secara langsung kepadamu. Namun, sepertinya aku telah jatuh hati, bahkan sejak awal percakapan kita bermula. Sebenarnya ada satu hal yang membuatku takut, sangat takut. Aku hanya takut kau jatuh cinta atau menaruh hati pada yang lain tanpa aku ketahui.
Aku sadar diri, maka dari itu aku menempatkan diriku sebagai sepucuk daun muda yang tumbuh di penghujung ranting yang rapuh. Aku hanya akan pasrah terbawa keadaan dan mengikut kemanapun kau membawaku. Kau adalah angin dan daun tidak pernah memiliki daya kuasa untuk melawanmu.
Lebih baik aku terjatuh atau terbang ke negeri entah berantah bersamamu ketimbang harus dimakan oleh ulat-ulat bulu yang lapar. Jujur, terkadang aku cemburu saat kau dan awan sedang bercumbu. Sedangkan aku? Hanya bisa menatapmu dari kejauhan sini.
Ada yang mengganjal dalam diriku setiap aku melihat kau bersendu-gurau dengan riak air yang semakin membesar jika terkena sentuhanmu. Sedangkan aku, hanya bisa merasakan hembusan napasmu sesekali saja.
Tubuhku seperti bergejolak ketika mengetahui dirimu sedang tersenyum kepada layang-layang yang menyapamu malu-malu di angkasa. Ah, aku masih malu untuk menyapamu terlebih dahulu. Entahlah, apakah mungkin sepucuk daun sepertiku mampu memeluk angin?
Kali ini, hampir habis dayaku
Membuktikan padamu
Ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali, kau malah asik sendiri
Aku tidak pernah berani mengatakan hal itu kepadamu. Aku tidak berani mengatakan bahwa aku sayang atau mungkin aku malah telah jatuh cinta pada sosokmu. Harus dengan apa lagi aku menunjukkan bahwa kau istimewa.
Setiap waktu yang kita habiskan bersama membuatku merasa istimewa. Tapi disatu sisi, lagi-lagi ketakutan itu kembali menyeruak ke permukaan. Sayang, jangan lagi kau takut-takuti aku dengan perasaan tak berujung kepastian.
Apa kau tahu? Aku rela menunggu sampai habis waktu malam hanya untuk menunggu pesan darimu. Aku tak pernah ingin dan aku memang tidak ingin kau menungguku atau membiarkanmu berkutat dalam pikiran kalutmu sendirian. Aku ingin menjadi tempatmu berbagi, terus dan terus.
Bolehkah aku berkata sejujurnya? Hatiku kecewa saat mengetahui fakta bahwa kau malah meninggalkanku demi kesibukanmu. Ah, tak apa, asalkan kau selalu merasa nyaman dan tidak merasa terkekang atau bahkan terbebani akan hadirku.
Kau tahu, kenapa aku tak pernah marah dan selalu berpura-pura bahwa aku tak apa? Itu karena daun memang selalu menunggu angin untuk mengajaknya bermain. Daun tak peduli, walau angin hanya menyapanya ketika tidak ada awan. Daun selalu setia menunggu dan menemani angin sekali pun tidak diminta. Meski daun tahu, pada akhirnya angin hanya asik dengan kesibukannya sendiri.
Entah itu menari-nari di angkasa atau berkeliaran entah kemana. Daun? Hanya diam di ujung ranting sembari tersenyum simpul melihat angin. Tak peduli walau hatinya sakit dan hancur. Andai saja angin bisa melihat luka pada diri daun, tak terhitung banyaknya plester yang melekat dalam hatinya hanya demi menjaga agar hati itu tidak patah. Jangan tanya kenapa, karena percuma, jawabannya hanya ada pada diri daun.
Angin selalu menyangka bahwa daun bahagia. Daun yang selalu ada untuknya, daun yang tidak pernah meminta lebih padanya. Angin hanya tahu bahwa daun memiliki banyak teman, karena daun tinggal di atas ranting pohon. Tapi tidak, angin tak pernah tahu betapa hampanya daun tanpa angin. Daun yang selalu merindukan angin, daun yang selalu mencari-cari alasan untuk bersapa dengan angin.
Apakah hidup selalu begitu? Aku selalu bertanya-tanya, tapi tak kunjung dapat jawaban. Cahaya rembulan berpendar indah dari balik jendela. Rembulan, banyak orang yang menganggapku demikian. Rembulan yang indah dan bercahaya tapi sebenarnya tidak. Karena sebenarnya rembulan memiliki banyak lubang dan tidak bercahaya sedikit pun.
Bulan hanya terlalu jauh. Oleh karena itu ia terlihat cantik. Dan orang-orang di sekitarnya, menjadi cahaya untuknya. Aku bingung, harus menempatkan diriku dimana? Sebagai daun yang merindukan angin, atau sebagai rembulan yang ingin memeluk bumi.
Aku menahan laparku, aku menahan dahagaku hanya untuk menyisikan sebagian uangku agar aku tetap bisa berkomunikasi denganmu. Ah, kau sepertinya terlalu sempurna untukku, walau kutahu, masih banyak sisi lain dari dirimu yang belum aku tahu. Belum, tapi lambat laun aku akan tahu segalanya tentangmu.
Aku di sini, bisakah kau melihatku, sayang? Kumohon, sekali saja.
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya
Aku menangis ketika membayangkanmu tersenyum bahagia. Karena aku selalu merasa tugasku telah selesai untuk tetap menjaga senyum itu. Senyum yang entah milik siapa, tapi sepertinya senyuman itu bukan milikku.
Bisakah kau melihatku, sekali saja. Bukalah matamu untukku. Lihat aku! Lihat aku bukan sebagai rembulan dan pandang aku bukan sebagai daun kecil yang bahagia. Lihat aku sebab aku adalah aku. Aku yang mencintaimu dengan segenap ketulusanku. Aku yang menyayangimu dengan segenap hatiku. Aku yang menginginkanmu dengan separuh hatiku. Dan aku yang merindukanmu dengan sepotong kisah yang belum sempat aku lengkapi.
Lembayung asmara telah berlabuh dalam dadaku. Maka lihatlah aku, singgah ke peraduan dalam diri ini walau hanya sebentar. Pandang aku sebagai aku yang penuh dengan ketidak sempurnaan dan kekurangan.
Ketika sinar Kala meredup, itu artinya sang Virga sudah mulai berganti warna. Diikuti dengan hadirnya Chandra yang mulai beringsut naik. Lihatlah, Sirius juga ada bersamanya. Apa kau bisa merasakan? Bahwa Mega sedang tersenyum bahagia saat ini?
Aku juga ingin bahagia … setidaknya lengkapi kebahagiaanku dengan hadirnya dirimu di sisiku untuk saat ini, atau kalau boleh aku meminta … untuk selamanya.
Hampamu tak ‘kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku lah yang sejati
Kau selalu bilang, bahwa kau tidak sekuat yang kupikirkan. Maka aku pun demikian. Kau terkadang merasa ada ruang hampa dan kosong dalam dirimu. Kau terlalu menutup hati dan dirimu untuk mereka yang ingin mengenalmu lebih jauh bukan?
Wanita seperti apa yang kau inginkan? Sebut saja, maka akan aku berikan untukmu 1000 wanita dengan kriteria yang kau inginkan. Tapi satu hal, Sayang, hampamu tak kan mungkin bisa terisi dalam waktu satu malam meski dengan 1000 kekasih impianmu karena tidak ada cinta di hatimu dan mereka.
Tapi bisakah kau memberiku kesempatan? Berikan kesempatan untuk wanita buruk rupa yang jauh dari kata sempurna ini. Akan kubuktikan bahwa aku mampu menghapus setiap tetes air matamu. Bahwa aku mampu menepis kekosongan dalam dirimu secara perlahan. Bahwa aku mampu menumbuhkan rasa itu kepadamu. Jadikan aku wanita ke-1001 dari 1000 wanita itu. Maka akan kubuktikan, bahwa aku mampu memenangkan hatimu dengan segenap ketulusan yang kumiliki.
Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya
Aku tak sempurna. Rupaku tak secantik Ken Dedes, hatiku memang tak selurus Dewi Shinta, keberanianku tak sebanyak Srikandi, dan aku bahkan tidak memiliki daya dan kekuatan apapun seperti Dewi Wulan dari kayangan.
Aku hanyalah aku, yang memiliki segenap ketulusan untukmu. Akan kubuktikan hatiku bisa lebih cantik dari paras Ken Dedes. Aku bahkan bisa menghujamkan panah-panah cinta milikku layaknya seorang Srikandi ke dalam relung hati dan dadamu. Kumohon, biarkanlah daun kecil ini tetap merindukan angin. Biarkanlah rembulan ini memeluk bumi.
Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Akulah, yang jadi juaranya