
‘Tiada yang salah
hanya aku manusia bodoh
yang biarkan semua
Terus permainkan ku’
Begitu liriknya kalau kata Band Legendaris Indonesia.
Setahun sudah aku begini, merangkai namamu di tiap-tiap puisi pilu.
Masih jelas di ingatanku saat bibirmu kaku ingin mengucap pisah, aku tahu kau masih mencintai ku dengan sungguh, kau pun tahu aku masih memperjuangkanmu lebih sungguh-sungguh. Namun ego di antara kita merusak segalanya. Semua yang terlihat baik-baik saja seketika hancur berantakan, entah kenapa apapun yang aku perjuangkan terlihat salah di matamu saat itu.
Selang beberapa waktu kau melihatkan bahwa kau menemukan sosok baru, kalau saja kau tahu, sore itu saat kau memilih pergi aku sebenernya sudah menyiapkan sesuatu untuk hari jadi kita, sudahku siapkan matang-matang agar kita hangat kembali layaknya dulu, namun sayang kau memilih perempuan itu, perempuan yang lebih dari segalanya di bandingkan seorang aku terkecuali cintanya. Aku berani bertaruh siapapun ia jika ‘cinta’ itu bisa di ukur maka akulah pemenangnya, dia hanya seseorang yang kau temukan kemudian sayang, aku tahu dia hanya sebagai pelerai isakmu, egois sekali.
Sejak saat itu aku memilih untuk merelakanmu, meski setiap kata itu aku lontarkan belati tajam seperti menusuk jantungku.
Entahlah, beberapa waktu belakangan aku kembali mengingatmu, ingin sekali dengar suaramu dan mengetahui apa kabar seorang pria hebat yang pertama kali menggoyahkan hati perempuan keras kepala ini, kenapa dia begitu berhasil membuat aku jatuh sejatuh-jatuhnya sampai tidak tahu bagaimana caranya untuk bangkit.
Jika ternyata esok lusa kau membaca tulisan ini, percayalah bahwa perempuan yang kau temui persis dua tahun lalu ini masih berdiri kokoh di belakangmu, melihatmu dengan seksama.
Perempuan bodoh ini merindukanmu.