TREAT – Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut pada tahun 2024, dari Mei hingga Agustus. Pada Agustus 2024, deflasi mencapai 0,03% (month-to-month). Sedangkan indeks harga konsumen turun dari 106,09 pada Juli menjadi 106,06 di bulan Agustus. Deflasi ini terutama dipicu oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Fenomena deflasi ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelas menengah. Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia juga menunjukkan penurunan selama enam bulan berturut-turut sejak April 2024. Meskipun secara tahunan masih tercatat inflasi sebesar 2,15% pada Agustus 2024. Namun, kondisi ini mengindikasikan adanya tantangan pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Deflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa menurun dalam periode tertentu. Deflasi bisa terjadi karena dua faktor. Pertama, kelebihan pasokan barang yang menurunkan harga di pasar (sisi supply). Kedua, penurunan permintaan dan daya beli masyarakat (sisi demand), yang menyebabkan barang di pasar tidak terserap dan harganya anjlok.
Menurut BPS, deflasi yang terjadi kali ini dipicu dari sisi pasokan, akibat penurunan harga pangan bergejolak seperti produk tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Penurunan harga ini terlihat dari harga bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras yang menurun selama Agustus 2024. Penurunan harga di tingkat konsumen terjadi karena biaya produksi yang juga menurun, serta adanya momen panen raya yang membuat pasokan melimpah, sehingga harga ikut turun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menanggapi fenomena deflasi ini dengan menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III masih terjaga di angka 5 persen. Angka ini menandakan suatu pencapaian. Menurut Mahendra, deflasi terjadi di tengah kondisi ketidakpastian global yang makin menyulitkan, namun bukan merupakan ketidakpastian yang berkepanjangan.
Mahendra menjelaskan, deflasi dapat terjadi akibat pengendalian harga dan pasokan yang melimpah atau karena turunnya permintaan dan daya beli masyarakat. Namun, deflasi yang berlanjut selama beberapa bulan ini menunjukkan bahwa masalah daya beli menjadi faktor utama, bukan hanya sekadar penurunan harga. Kondisi ini bisa berdampak pada melemahnya perekonomian Indonesia secara keseluruhan.