TREAT – Fenomena boneka Labubu yang viral di Indonesia menunjukkan kekuatan strategi pemasaran yang efektif dan pengaruh media sosial dalam membentuk tren. Labubu, yang merupakan karakter dari seri “The Monsters” karya Kasing Lung, telah menjadi salah satu barang koleksi yang sangat dicari oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga dewasa berebut untuk mengoleksi boneka ini.
Popularitasnya melonjak setelah bintang K-Pop Lisa dari BLACKPINK mengunggah fotonya bersama boneka ini di Instagram. Unggahan ini langsung menarik perhatian banyak penggemar dan masyarakat umum.
Salah satu faktor utama yang mendukung popularitas Labubu adalah penggunaan media sosial sebagai alat pemasaran. Lisa BLACKPINK, dengan jutaan pengikutnya, secara efektif memanfaatkan platform tersebut untuk memperkenalkan Labubu. Menurut laporan, “efek Lisa” menciptakan lonjakan permintaan yang signifikan, di mana banyak orang merasa terdorong untuk memiliki boneka tersebut agar tidak ketinggalan tren. Fenomena ini juga semakin kuat karena banyaknya konten di media sosial yang menunjukkan koleksi mereka dan proses unboxing boneka Labubu.
Pop Mart, perusahaan yang memproduksi Labubu, menerapkan strategi pemasaran yang dikenal sebagai scarcity marketing. Dengan meluncurkan edisi terbatas dan membatasi jumlah pembelian per pelanggan. Oleh karena itu, mereka berhasil menciptakan rasa kelangkaan yang meningkatkan daya tarik produk. Strategi ini mendorong konsumen untuk membeli produk secara impulsif karena takut kehabisan. Hal ini juga berkontribusi pada fenomena FOMO (Fear of Missing Out), di mana konsumen merasa tertekan untuk segera mendapatkan produk sebelum stok habis.
Labubu tidak hanya sekadar boneka; desainnya yang unik dan menggemaskan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Banyak orang membeli Labubu bukan hanya karena kebutuhan, tetapi juga karena dorongan emosional. Seperti merasa dekat dengan idola mereka atau ingin menjadi bagian dari komunitas penggemar. Desain yang ceria dan penuh warna ini sangat cocok dengan preferensi visual generasi muda dan kidult (adult kid), menjadikannya barang koleksi dengan banyak peminat.
Tren Labubu telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar mainan di Indonesia. Penjualan boneka ini di e-commerce melonjak drastis, dengan harga edisi terbatas mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa Labubu telah bertransformasi dari sekadar mainan menjadi simbol status di kalangan kolektor. Menurut laporan pasar mainan global, segmen koleksi seperti Labubu semakin penting dan berpotensi akan terus tumbuh.
Kesuksesan pemasaran Labubu adalah contoh nyata bagaimana kombinasi media sosial, strategi pemasaran cerdas, dan desain produk yang menarik dapat menciptakan fenomena viral. Dengan memanfaatkan FOMO dan emotional buying, Pop Mart berhasil menjadikan Labubu sebagai salah satu barang koleksi paling populer saat ini.