Matamu sewarna tanah
Tempatku berpijak pada angan akan kita
Dan selamanya
Hidungmu menjulang awas
Bagai rindu yang digali dari ceruk lembah bernama ‘Ah sudahlah’
Selama sewindu lamanya,
Mati bagai gunung tak berapi
Bibirmu secandu madu
Merekah bak sungai kerap yang kerap
Tenggelamkan daku dalam badai
Badai rindu, badai cinta, badai sayang
Badai kata, badai sajak, badai puisi
Dan aku masih disini,
Sembunyi
Friska Aprilliana